SedekahIkhlas: Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tak Tahu. Dalam perspektif Islam, publikasi sedekah bisa masuk kategori riya atau pamer amal kebaikan. Islam mengajarkan, sedekah hendaknya ikhlas, jika perlu dilakukan diam-diam, sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui orang lain. Hal itu agar keikhlasan sedekah terjaga. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Yang Viral Yang MenginspirasiAamir Khan bersedekah tepung kepada warga miskin di Delhi. Kawasan yang terdampak parah wabah Corona di Aamir Khan menuai banyak pujian. Dari seluruh penjuru dunia. Isi bantuan dari Aamir Khan hanya 1 kg tepung saja. Tapi...'Tapi'-nya ada pertama, bantuannya sebanyak 1 truk. Tapi kedua, dalam kemasan tepung seberat 1 kg itu terdapat uang yang jika dikonversikan ke mata uang kita sekitar 3 juta rupiah. Tapi yang ketiga, ternyata Aamir Khan membantah berita yang sudah terlanjur viral itu. Dia merasa tidak melakukan sedekah itu. Menurutnya, bisa jadi berita bagi-bagi tepung itu hanya cerita karangan. Bisa jadi juga itu adalah aksi seorang dermawan yang tidak ingin diketahui itu benar atau tidak, di hari hari berikutnya, sedekah dengan model "Kemasan Biasa, Isi Luar Biasa" itu ditiru oleh banyak orang. Terutama oleh orang-orang yang punya pengaruh, Youtuber seorang oknum Youtuber yang nge-prank transpuan. Katanya kardus berisi makanan tapi ternyata sampah. Sudah lah ya. Itu tidak kita Happiness 1 2 3 4 5 6 Video Pilihan
Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tahu" kalimat ini menduduki peringkat ke 2 dalam kategori "alasan terbaik untuk tidak bersedekah" dalam kamus saya setelah alasan "biar dikit yang
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Matius 63 ITB Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan yang Tuhan Yesus berikan ini begitu kuat menjelaskan agar kita belajar untuk memberi dengan diam-diam, pertama bahwa kita tidak perlu orang lain tahu apa yang kita berikan sebab tujuannya bukan untuk orang tahu melainkan untuk membantu orang-orang yang memerlukan. Dan lebih jauh lagi, kedua, bahkan dalam diri kita sendiri tidak perlu mengingat-ingat apa yang telah kita berikan kepada orang lain. Sesama anggota tubuh kita tidak perlu mendiskusikan apa yang telah kita berikan kepada sesiapapun. Sesungguhnya itu adalah rahasia pemberian yang sejati dan luar biasa. Memberi karena rindu memberi dan bukan karena alasan apapun yang lainnya. Tuhan Yesus sendiri menunjukkan prinsip ini kepada kita dengan beberapa kali mengatakan kepada mereka yang disembuhkanNya agar tidak memberitahukan hal itu kepada orang lain, kecuali mereka yang harus pergi kepada imam untuk memenuhi tuntutan agama mereka maka Yesus pun menyuruh mereka untuk menunaikannya tetapi tidak untuk mendeklarasikannya Matius 84, Matius 930, Markus 144; Yohanes 74. Hal ini sebenarnya sangat mudah untuk dimengerti. Walikota Solo yang mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, bercerita tentang beberapa peristiwa dimana rakyat yang sakit menyebut-nyebut namanya sehingga dibawa ke rumah dinas. Jokowi membasuh tangan, lalu mengusapkannya di wajah orang sakit itu dan kemudian mendoakannya dan ternyata sembuh. Begitu juga berikutnya dia berdoa untuk orang yang kesurupan dan menjadi sadar. Ketika berbagi kisah itu, Pak Jokowi, sapaan akrabnya, dengan tegas meminta agar wartawan jangan memasukkan berita itu ke koran sebab ia tidak mau akhirnya rumah dinas penuh dengan orang sakit dan orang kesurupan. Mengapa? Sebab tujuan dan arah hidupnya adalah menjadi pemimpin untuk kota Solo dan bukannya menjadi tabib atau dokter. Jika keinginan dan tujuan beliau adalah popularitas maka hal ini harusnya didramatisir lagi dalam pemberitaannya, tetapi karena tujuannya jelas bukan untuk itu maka ia hanya mengasihi orang yang sakit itu dan meminta untuk tidak di publikasikan. Itulah alasan yang kuat dan jelas mengapa Tuhan Yesus mengatakan kepada orang yang disembuhkanNya untuk tidak memberitahukan hal itu kepada sesiapapun. Pertanyaannya adalah bagaimana sikap dan apa pula yang menjadi tujuan kita dalam memberi atau melakukan sesuatu untuk orang lain? Sungguh-sungguh mengasihi atau karena menginginkan yang lain? Memberi itu sebagai tujuan atau jalan yang dimanfaatkan untuk tujuan lain? Bapa, betapa tidak mudahnya menelaah dan melakukan hal ini, khususnya ketika ada situasi tertentu yang sepertinya memaksa saya untuk mengungkit dan mengungkapkan yang baik yang telah saya lakukan. Tetapi saya dikuatkan hari ini untuk memerhatikan apa yang menjadi motivasi dan sasaran dari pemberian saya. Biarlah hanya tangan kanan yang tahu, anggota tubuh yang lain tak perlu tahu apalagi menghafal atau mengumbarnya kepada orang lain. Memberi karena memberi sehingga meskipun ada godaan untuk memberitahukan apa yang saya lakukan tak akan berhasil memprovokasi lagi. Tuhan Yesusku telah menjadi teladan yang luar biasa dalam memberi dan tidak mengungkit, tidak pula mengungkapkannya kepada orang lain. Terpujilah Engkau senantiasa ya, Tuhanku. Amen. Lihat Catatan Selengkapnya
KeutamaanTangan Kanan Sedekah, Tangan Kiri Tak Tahu. "Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah SWT dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. Di antaranya, seorang
RENUNGAN HARIAN KRISTEN TERBARU, RABU 20 JANUARI 2021 756. HAL MEMBERI SEDEKAH JANGANLAH DIKETAHUI TANGAN KIRIMU APA YANG DIPERBUAT OLEH TANGAN KANANMU Oleh E. Gunawi Sp. FIRMAN TUHAN Kitab Injil Matius 61-4. Shalom. Puji Tuhan! Dalam suasana yang sangat berbahagia ini, dari Bantul, Yogyakarta, Indonesia, kami Renungan Harian Kristen Terbaru, menyampaikan salam sukacita dan damai sejahtera dari Tuhan kita Yesus Kristus, kepada semua pembaca dari segala bangsa di semua negara sampai ke ujung bumi. Pada hari ini, kita akan mempelajari dan merenungkan ayat-ayat Firman Tuhan yang ditulis dalam Kitab Injil Matius 61-4. Perikopnya adalah “Hal memberi sedekah”. Topik kita yaitu HAL MEMBERI SEDEKAH JANGANLAH DIKETAHUI TANGAN KIRIMU APA YANG DIPERBUAT OLEH TANGAN KANANMU. Puji Tuhan! Haleluya! Pengantar Secara duniawi, kita sering melihat tayangan di layar kaca mengenai banyaknya orang yang memberi sedekah. Sudah tentu, kita percaya bahwa pemberian sedekah itu dilandasi oleh keinginan yang tulus untuk berbagi berkat kepada sesama. Memberi sedekah, atau berbagi kasih karunia, atau berbagi berkat, yang tidak ingin dipuji, adalah perbuatan baik yang sangat berkenan di hati Tuhan. Memberi sedekah atau berbagi kasih karunia atau berbagi berkat adalah ujud nyata dari ajaran kasih ilahi. Dalam Kitab Injil Matius 61-4, Tuhan Yesus mendidik, mengajar dan menasihati para murid-Nya dan orang banyak pada zaman itu, dan kepada kita pada zaman sekarang. Secara garis besar, ayat-ayat tersebut menasihati kita pada perkara-perkara sebagai berikut. Pertama, ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka. Kedua, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu. Ketiga, jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Keempat, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu Pertama, ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka Apabila kita melakukan salah satu perintah Tuhan, yaitu berbagi kasih karunia, namun hendaklah kita tidak mencanangkannya kepada orang banyak. Hendaklah kita melakukannya dengan tersembunyi dan tidak memegahkan diri dengan berjalan ke sana dan ke mari. Hendaklah kita tidak menceriterakannya dengan bangga kepada khalayak ramai. Pada waktu itu, Tuhan Yesus sendiri mengingatkan para murid-Nya dan orang banyak pada zaman itu, supaya mereka hendaknya selalu mengingat-ingat didikan, ajaran dan nasihat-Nya. Hendaklah mereka jangan melakukan kewajiban agama mereka di hadapan orang supaya dilihat mereka dan mendapat pujian. Secara tersirat, Alkitab mengatakan hendaklah mereka tidak memamerkan atau mempertontonkan pelaksanaan Firman dan perintah Allah di hadapan publik. Karena jika demikian, maka mereka tidak beroleh upah dari Allah Bapa yang bersemayam di Kerajaan Sorga. Sekaitan dengan itu, baca dan pelajarilah Firman Tuhan yang dicacat dalam Kitab Injil Matius 61. Alkitab mengatakan kepada kita “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” Kedua, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu Dalam Kitab Injil Matius 62, Tuhan Yesus berfirman “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” Dalam konteks itu, ayat Firman Tuhan mengatakan bahwa apabila mereka, yaitu para murid-Nya dan orang banyak pada zamannya, akan berbagi kasih karunia, maka hendaklah mereka tidak mempertunjukkan dan membanggakan kepada orang-orang lain. Hendaklah mereka dan kita tidak memamerkan atau mempertontonkan sedekah mereka apabila mereka dan kita memberi sedekah kepada orang yang berkekurangan. Tuhan Yesus Kristus juga memberi nasihat dan mengingatkan supaya mereka jangan mencanangkan pemberian sedekahnya itu kepada semua orang. Sebab kalau demikian, lalu apa bedanya dengan perbuatan orang-orang munafik. Jadi, apabila memberi sedekah, janganlah kita melakukannya seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadah dan di lorong- lorong. Yaitu supaya perbuatan mereka itu dilihat oleh banyak orang yang kemudian memujinya seperti yang dikehendakinya. Ketiga, jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu Sehubungan dengan itu, dalam Kitab Injil Matius 63, Tuhan Yesus berfirman kepada mereka dan kita “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” Melalui ayat Firman Tuhan ini, Tuhan Yesus yang menjadi sumber dari segala sumber kasih karunia memberi nasihat dan mengingatkan mereka, apabila mereka memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kiri mereka tentang segala sesuatu yang diperbuat oleh tangan kanan mereka. Boleh jadi, mereka mengalami kesulitan untuk menentukan tangan kiri mereka tidak mengetahui perbuatan tangan kanan mereka. Tetapi inilah Firman Tuhan. Jadi maksud-Nya, secara implisit Tuhan Yesus Kristus menghendaki bahwa apabila tangan kiri saja tidak boleh tahu akan sedekah tangan kanan kepada seseorang, apalagi orang lain yang di luar diri kita dan tubuh kita? Sungguh! Oleh sebab itu, camkanlah Firman Tuhan yang mengatakan bahwa jika kita memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kiri kita apa yang diperbuat tangan kanan kita. Janganlah kita pamer kalau kita sudah memberi sedekah. Janganlah kita memegahkan diri apabila kita sudah berbagi berkat. Keempat, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu Dalam memungkasi didikan, ajaran dan nasihat-Nya pada perikop “Hal memberi sedekah”, Tuhan Yesus mengingatkan mereka dan kita agar hendaknya sedekah kita itu diberikan dengan tersembunyi. Hendaklah sedekah kita itu dilakukan dengan diam-diam. Hendaklah kita tidak mempertontonkan pemberian sedekah kita kepada siapa pun juga. Sebab jika demikian, maka Allah Bapa yang bertakhta di Kerajaan Sorga akan melihat yang tersembunyi itu. Imanilah! Percayalah! Bahwa Dia akan membalasnya kepada kita, tepat pada waktu-Nya. Sekaitan dengan itu, simak dan selidikilah Firman Tuhan yang dicatat dalam Kitab Injil Matius 64. Alkitab menyatakan kepada kita “Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Boleh jadi, kita masih ingat akan kisah Petrus dan Kornelius seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia di Kaisaria. Kornelius dan seisi rumahnya adalah orang-orang yang saleh dan takut akan Tuhan. Ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi. Ia juga senantiasa berdoa kepada Allah. Sekitar jam tiga petang, jelas tampak pada penglihatan Kornelius seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya “Kornelius!” Ia kemudian menatapnya dan berkata “Ada apa, Tuhan?” Lalu malaikat Allah itu berkata bahwa semua doa dan sedekah Kornelius sudah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingatnya. Kisah itu dinyatakan oleh Firman Tuhan sebagaimana tercantum dalam Kitab Kisah Para Rasul 104, yang demikian bunyinya “Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata “Ada apa, Tuhan?” Jawab malaikat itu “Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.” Secara tersurat dan tersirat, kisah tersebut mengajar kita, kendati tidak ada seorang pun yang melihat dan memuji sedekah kita, namun Allah Bapa yang kita sembah, kita puji, kita muliakan dan kita banggakan dalam nama Tuhan Yesus yang bertakhta di sana, di Kerajaan Sorga, niscaya melihat segala sedekah kita. Dan percayalah! Imanilah! Bahwa Dia akan memberkati kita tepat pada waktu-Nya. Haleluya! Pelajaran yang dapat kita petik Secara eksplisit dan implisit, Alkitab melalui Kitab Injil Matius 61-4, menuturkan bahwa Tuhan Yesus mendidik, mengajar dan menasihati para murid-Nya dan orang banyak pada zaman itu, dan kepada kita pada zaman sekarang. Bahwa hendaklah mereka jangan melakukan kewajiban agama mereka di hadapan orang banyak supaya dilihat dan dipuji oleh mereka. Oleh sebab itu, apabila mereka akan memberi sedekah, maka hendaklah mereka janganlah mencanangkannya. Hendaklah mereka tidak memamerkan dan mempertontonkannya di hadapan khalayak ramai. Sekaitan dengan itu, apabila mereka memberi sedekah, hendaklah jangan diketahui tangan kiri mereka mengenai sedekah yang diperbuat tangan kanan mereka. Sebab, Allah Bapa yang kita sembah, kita puji, kita muliakan dan kita banggakan dalam nama Tuhan Yesus, yang bertakhta di Kerajaan Sorga, niscaya melihat segala sedekah kita. Dan percayalah, bahwa Dia akan membalas kita tepat pada waktu-Nya. Lantas, bagaimanakah dengan diri kita yang hidup pada zaman ini? Sudahkah kita melakukan segala Firman Tuhan dan perintah-Nya dengan baik, lebih baik dan sangat baik, serta tidak memegahkan diri atau membanggakan diri di hadapan banyak orang? Sudahkah kita tidak mencanangkan, tidak memamerkan, tidak mempertontonkan dan tidak memegahkan diri atau membanggakan diri kepada orang banyak ketika kita berbagi kasih karunia kepada orang-orang yang berkekurangan? Kemudian, sudahkah kita menjaga tangan kiri kita agar tidak mengetahui pemberian sedekah yang diperbuat oleh tangan kanan kita? Sudah tentu, kita percaya bahwa semua peribadi di antara kita sudah melakukan segala Firman Tuhan dan perintah-Nya dengan baik, lebih baik dan sangat baik, serta tidak memegahkan diri atau membanggakan diri di hadapan banyak orang. Tentu, kita percaya bahwa semua peribadi di antara kita tidak mencanangkan, tidak memamerkan, tidak mempertontonkan dan tidak memegahkan diri atau membanggakan diri kepada orang banyak ketika kita berbagi kasih karunia kepada orang-orang yang berkekurangan. Sudah tentu, kita percaya bahwa semua peribadi di antara kita sudah menjaga tangan kiri kita supaya tidak mengetahui pemberian sedekah yang diperbuat oleh tangan kanan kita. Berbahagialah kita Berbahagialah kita yang ketika kita melakukan segala Firman Tuhan dan perintah-Nya dengan baik, lebih baik dan sangat baik, serta tidak memegahkan diri atau membanggakan diri di hadapan banyak orang, karena Dia akan menyertai, menolong, menopang, melindungi dan memberkati kita, tepat pada waktu-Nya. Berbahagialah kita yang tidak mencanangkan, tidak memamerkan, tidak mempertontonkan dan tidak memegahkan diri atau membanggakan diri kepada orang banyak ketika kita berbagi kasih karunia kepada orang-orang yang berkekurangan, karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian warisan hidup kekal yang penuh sukcita dan damai sejahtera di sorga. Berbahagialah kita yang menjaga tangan kiri kita supaya tidak mengetahui pemberian sedekah yang diperbuat tangan kanan kita, karena Dia, Allah Bapa yang kita sembah, kita puji, kita muliakan dan kita banggakan dalam nama Tuhan Yesus, akan melihat segala sedekah kita dan akan membalas kita tepat pada waktu-Nya. JESUS CHRIST BLESS YOU AND US. HALLELUJAH. AMEN. ********* Terima kasih Ibu/Bapak/Saudara/i sudah berkenan membaca Renungan Harian Kristen Terbaru ke-756, yang diunggah melalui edisi hari ini. gmail TuhanYesus mengungkapkan dengan bahasa "tangan kiri tidak perlu tahu apa yang dilakukan tangan kanan." Tuhan Yesus mengakui memberi bantuan itu terpuji. Memberi sedekah itu baik, hanya akan menjadi sangat baik dilakukan secara tepat. Yakni tidak gembar-gembor. Diam-diam saja. Karena Allah pun tahu apa yang kita lakukan dengan perbuatan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tangan kanan memberi,tangan kiri tidak boleh tahu,apakah anda juga setuju. Tapi Kenapa Saya bingung dengan peribahasa ini ?Peribahasa ini mengajarkan kita untuk menyembunyikan amalan kita, kebaikan kita, sehingga, sebisa mungkin, tidak ada orang yang tahu, bahkan kalau bisa, tangan kiri pun tak perlu tau. Tapi apa itu mungkin ?Coba lihat sekarang, kemajuan teknologi merubah kita menjadi seseorang yang suka berbagi dengan orang lain. Anda menulis sesuatu yang berguna untuk orang lain, Anda menjawab pertanyaan pertanyaan orang lain lewat e-mail, facebook status, mungkin sms. Anda juga berbicara dengan orang lain didepan banyak orang, memberikan sedikit ilmu kepada mereka, dan juga, bukan tidak mungkin, Anda juga menulis buku atau di kompasiana. Intinya ? Ada banyak cara untuk melakukan senang melakukan kebaikan, Saya melakukannya setiap kali dimana sempat. Tapi jujur saja, sukar sekali untuk menyembunyikannya, apalagi sekarang kita malah berbagi kebaikan dengan berkelompok. Dan sekarang, Saya malah terperangkap teknologi dimana tidak mungkin lagi memberikan pengetahuan baru kepada banyak orang tanpa tidak terdeteksi. Coba lihat,tulisan di kompasiana Anda apapun isinya, pasti bertujuan untuk memberi informasi pada orang lain, suatu ketika,tulisan anda di baca oleh sahabat kompasiana, setidaknya, selain tangan kiri Anda,kompasiana juga tau Anda menulis kebaikan . Selain itu, jika Anda terbuka untuk sebuah komentar, pasti nantinya ada yang komentar. Berarti selain kompasiana sudah ada 1 pihak lagi yang tahu, selain tangan kiri Anda. Lalu masih ada visitor Anda, yang hanya melihat dan membaca saja, tanpa komentar, berarti setidaknya sudah 3 pihak yang tau, selain tangan kiri Anda. Dan bagaimana jika Anda di share, katakanlah di facebook , berarti ada beberapa pihak, yang langsung tau bahwa tulisan Anda di share di facebook. Kita coba mundur ke belakang, 20 tahun yang lalu guru Saya mengajarkan peribahasa ini. Peribahasa memusingkan ini. Dan sekarang, Saya baru sadar berarti guru Saya juga telah melakukan kesalahan dengan mengajarkan Saya peribahasa ini. Guru Saya ingin Saya tahu apa yang terbaik, makanya dia memberitahukan kepada Saya perihal ini dan itu. Dia mengajari Saya banyak hal. Menjadi guru yang mengajarkan kepada murid murid nya segala kebaikan yang ada di dunia ini untuk dilakukan. Dia memberikan pengetahuan kepada kami. Dan itu sebuah kebaikan. Tapi, selain dirinya sendiri, siswanya tau, kepala sekolah tau, bahkan tukang sapu dan tukang kebon sekolah pun tau! Tangan kiri tak boleh tau ?Jaman sekarang kita dipermudah untuk melakukan sesuatu, berbuat baik untuk orang lain dengan multiplikasi yang cepat luar biasa. Jaman dulu, untuk berbicara dengan banyak orang sekaligus kita perlu mengadakan perkumpulan, perlu ijin orang orang terkait, perlu ini dan itu. Tapi jaman sekarang, cukup milis, facebook dan komunitas yang akan membaca pesan Anda. Tidak perlu mengumpulkan orang secara masif, sangat juga biasa melakukannya, sharing, karena hal itu sangat mudah. Sharing dan berbagi informasi yang berguna itu mudah. Jika nemu tulisan yang bagus waktu lagi browsing, tinggal klik share. Jika nemu inspirasi, tinggal tulis di sekarang Anda membaca ini, berarti Anda juga tau Saya sedang kebingungan dengan peribahasa Anda memutuskan untuk tidak menjelaskan kepada Saya, berarti malah ikut memperosokkan Saya ke jurang kebingungan. Saya rasa itu hal yang buruk. Tangan kiri Anda juga pasti Anda membalas ini, berarti Anda memberikan pengetahuan kepada Saya. Semua orang yang baca ini juga tau Anda sedang memberikan kebaikan kepada Saya. Tangan kiri Anda juga pasti tulisan saya ini ada sebuah cerita yang sangat menarik dari daerah Riau dengan menggunakan bahasa daerah bermanfaat buat pembaca “Kalau tangan kanan memberi, tangan kiri jangan tahu,”setelah mengucapkan kalimat itu, Leman Lengkung langsung meninggalkan Atah Roy sendiri. Atah Roy betul-betul tidak paham maksud Leman Lengkung mengucapkan kalimat itu di hadapanya. Selama ini, pikir Atah Roy, apa yang diberikan kepada Leman Lengkung tidak pernah diucapkan kepada orang lain. Atah Roy tahu bahwa sebagai bapak saudara Leman Lengkung, sudah menjadi kewajibannya untuk memberi, dan tak mengharapkan apa pun dari pemberiannya. Tapi kenapa Leman Lengkung teganya mengucapkan kalimat itu kepada Atah Roy? Perkataan Leman Lengkung menjadi beban bagi Atah Roy. Dengan segala sisa kekuatan pikirannya, Atah Roy mencoba mengingat kembali apa yang pernah dia ucapkan kepada orang lain mengenai tanggung jawabnya kepada Leman Lengkung. Satu per satu kenangan dalam benaknya, dipunggah Atah Roy. Namun tak satu pun lembaran kenangan itu bercerita tentang pengorbanan Atah Roy untuk Leman Lengkung terucapkan kepada orang lain. Atah Roy kecewa. “Kalau orang lain yang bercakap macam tu, dapat aku buat perhitungan, tapi ini, anak saudare aku sendiri,” umpat Atah Roy dalam hati. Atah Roy tak kesah sangatlah, kalau ade orang bersedekah untuk pembangunan mesjid, lalu nama mereka ditulis di papan kuangan mesjid dengan menggunakan spidol warna merah. Atau tiap kali musibah menghantam masyarakat, berserak bendera partai dan poster para tokoh yang muncul ketika musibah saja, memberi bantuan. Itu urusan mereka dengan Allah, pikir Atah Roy. Tapi ucapan Leman Lengkung memang membuat telinga Atah Roy berdengung. 1 2 3 Lihat Catatan Selengkapnya
Matius6:3 ITB Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Ungkapan yang Tuhan Yesus berikan ini begitu kuat menjelaskan agar kita belajar untuk memberi dengan diam-diam, pertama bahwa kita tidak perlu orang lain tahu apa yang kita berikan sebab tujuannya bukan untuk orang tahu melainkan untuk membantu orang-orang yang memerlukan.
”Jika kalian menampakkan sedekah maka hal itu baik sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir maka hal itu lebih baik bagi kalian…” QS. Al-Baqarah 271 Sahabat pernahkah terpikir apa maksudnya sedekah tanpa diketahui oleh tangan kiri? Ya, tentu saja hal ini terkait dengan melakukan amalan sedekah secara diam-diam. Sesuai namanya, sedekah seperti ini sunyi senyap’, tak memperoleh ucapan terimakasih, apalagi liputan media. Karena jangankan orang lain… Bahkan tangan kirinya sendiri pun tak mengetahui sedekah yang diberikan oleh tangan kanannya tersebut. Beberapa kisah para ulama berikut ini bisa kita teladani sebagai wujud nyata bersedekah tanpa diketahui oleh tangan kiri. Kisah pertama, sedekah yang dilakukan oleh Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Tidak pernah ada yang mengetahui siapakah yang selalu memberi sedekah berupa karung berisi tepung untuk penduduk dhuafa kota Madinah di malam hari. Setiap Shubuh tiba, para penduduk tersebut sudah menemukan sekarung tepung di depan pintu rumah mereka, dan hal ini terjadi tidak hanya sehari dua hari saja, melainkan selama bertahun-tahun. Lalu bagaimana kisah ini bisa sampai kepada kita sekarang? Sehingga kita mengetahui siapa yang melakukan sedekah rahasia tersebut? Ya, karena semua sedekah rahasia tersebut berhenti di hari kematian beliau. Dan betapa mengejutkan ketika orang yang memandikan jenazah beliau mendapati bekas kehitaman di punggungnya, tanda yang muncul akibat bertahun-tahun memanggul sendiri karung-karung tepung untuk dibagikan kepada kaum dhuafa. Awalnya tak ada yang mengetahui mengapa bekas kehitaman itu tampak di punggung beliau. Keluarga beliau pun tak paham bekas apa itu. Namun, pembantu beliau yang memang pernah memergokinya sedang memikul karung tepunglah yang memberitahukan. Hingga terang-benderang siapa pemberi sedekah rahasia untuk penduduk selama ini. Maasya Allah. Itulah sedekah yang dilakukan oleh keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Sedekah yang amat jauh dari riya’ apalagi pencitraan. Kisah kedua, sedekah yang dilakukan oleh Abu Amru bin Nujaid Seorang ulama hadits dan ahli zuhud, Abu Amru bin Nujaid, memberikan bantuan sebesar 1000 dinar kepada Abu Utsman Al Hirri yang saat itu bertanggungjawab terhadap krisis yang sedang terjadi di negeri Naisabur Khurasan. Esok harinya, dengan gembira Abu Utsman mengundang Abu Amru untuk duduk di sebuah majelis yang dihadiri banyak orang. Pada kesempatan itu, Abu Utsman mengungkapkan terimakasih yang mendalam atas bantuan 1000 dinar dari Abu Amru. Namun tanpa diduga, tiba-tiba Abu Amru berdiri di hadapan hadirin dan menyampaikan, ”Sesungguhnya harta yang saya berikan adalah harta ibu saya dan ternyata beliau tidak ridha, maka mestinya harta tersebut dikembalikan kepada saya untuk saya kembalikan kepada beliau.” Ucapan ini membuat semua yang datang ke majelis tersebut kaget, apalagi Abu Utsman. Sama sekali tak disangkanya Abu Amru akan meminta kembali sedekah yang telah diberikannya. Mau tak mau, ia pun mengembalikan 1000 dinar tersebut. Hadirin bubar dengan kekecewaan besar terhadap ulama yang membatalkan sedekahnya itu. Begitu malam tiba, Abu Amru mendatangi lagi Abu Utsman dengan memberi kembali 1000 dinar itu sambil mengatakan, ”Anda bisa memanfaatkan harta ini untuk keperluan seperti kemarin, dan tidak ada yang tahu akan hal ini kecuali kita.” Maasya Allah. Sahabat, sesungguhnya sedekah seperti itulah yang in syaa Allah akan membuat pelakunya mendapati naungan istimewa Allah pada hari kiamat kelak. “Ada tujuh kelompok orang yang akan mendapatkan naungan rahmat Allah di hari kiamat di mana tiada tempat bernaung selain naungan Allah, di antaranya adalah “Lelaki yang bersedekah kemudian dirahasiakannya sampai-sampai tangan kirinya tidak megetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya.” HR. Muslim Maka, meskipun sedekah secara terang-terangan tidak Allah larang, namun sangat dahsyat jika kita juga memiliki sedekah sembunyi-sembunyi yang bahkan tidak diketahui oleh tangan kiri sendiri. Siapkah kita mengamalkannya? SH Baca Juga Menyesali Sedekah
HaditsSedekah Tangan Kanan Tangan Kiri Tidak Tahu. November 24, 2021. 50. 3150. 'Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu'. Namun peribahasa 'tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu' ini sepertinya layak disandangkan kepada mendiang Ashraf Sinclair. Kepada Ahmad, Ashraf tak ingin kebaikan itu disebarluaskan kepada orang lain.
Oleh Muhammad IshomDalam sebuah hadits dinyatakan bahwa kelak pada hari Qiamat Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada 7 golongan orang. Salah satunya adalah golongan orang yang semasa hidupnya suka bersedekah sedemikian rupa sehingga tidak diketahui orang lain. Dalam hadits itu disebutkan bahwa ketika tangan kanan memberikan sedekah, tangan kiri tidak mengetahuinya. Tangan kiri dalam hadits tersebut dipahami sebagai perumpamaan orang lain. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah tersebut berbunyiورجل تصدق بصدقة فاخفاها حتى لا تعلم شماله ما صنعت يمينه“Seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.”Hadits tersebut pada umumnya dipahami seperti itu, yakni sedekah yang paling baik adalah sedekah yang tidak diketahui orang lain. Atas dasar pemahaman seperti itu, maka tidak jarang kita mendengar atau menemukan daftar penyumbang anonim, yakni seseorang memberikan sedekah atau sumbangan dengan tidak mencantumkan namanya; atau dengan mengidentifikasi diri sebagai “Hamba Allah”. Pemahaman seperti itu memang sudah jamak. Namun, jika pemahaman seperti itu yang benar, maka pertanyaaanya bagaimanakah sikap kita ketika kita disodori list atau daftar penyumbang di mana nama penyumbang dan besarnya sumbangan dicantumkan secara jelas? Bagaimana pula ketika kita berada di masjid, misalnya, kita disodori kotak infaq berjalan? Apakah sebaiknya kita menolak mengisi kotak infaq itu dengan alasan khawatir tidak ikhlas karena dilihat banyak orang? Untuk menjawab persoalan-persoalan di atas, marilah kita telaah sampai dimana pemahaman seperti itu bisa diterima. Untuk maksud itu, saya akan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai dasar rujukan, atau sering disebut dengan dalil naqli dan logika yang sering disebut dengan dalil aqli. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara panjang lebar, saya ingin menyampaikan jawaban sementara bahwa pemahaman tangan kiri adalah perumpamaan orang lain bukanlah pemahaman yang tepat.. Argumentasi saya adalahPertama, tangan kiri jika dikaitkan dengan tangan kanan sebagaimana disebut dalam hadits di atas, kurang tepat jika ditafsirkan sebagai orang lain. Alasannya, tangan kiri dan tangan kanan merupakan pasangan anggota badan yang terdapat dalam diri seseorang, sebagaimana telinga kiri berpasangan dengan telinga kanan, kaki kiri berpasangan dengan kaki kanan, dan seterusnya. Singkatnya, tangan kiri bukanah orang lain, tetapi bagian dari diri sendiri dalam satu dalam Al-Qur’an kata “kanan” sering dikaitkan dengan “kebaikan”, dan kata “kiri” dikaitkan dengan “keburukan”. Sebagai contoh misalnya, dalam Surah Al Waqi’ah, ayat 27, terdapat istilah “ashabul yamin” artinya golongan kanan; dan dalam ayat 41 terdapat istilah “ashabus syimal” artinya golongan kiri. Yang dimaksud “Ashabul yamin” golongan kanan adalah orang-orang baik yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan dan oleh karena itu mereka masuk surga. Sedangkan “ashabus syimal” golongan kiri adalah orang-orang jelek yang menerima catatan amalnya dengan tangan kiri, dan karena itu mereka masuk neraka sebelum kemudian masuk surga setelah masa hukumannya habis terlebih dahulu. Singkatnya, “kanan” berarti “baik” dan “kiri” berarti “buruk” atau “jelek”. Dalam kaitan dengan hadits di atas, jika “tangan kiri” diartikan sebagai orang lain, maka arti itu kurang sehubungan dengan makna-makna tersebut, maka “tangan kanan” dalam hadits di atas dapat diartikan sebagai simbol positif berupa amal sedekah kepada orang lain dengan dilandasi niat yang baik. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan “tangan kanan” adalah perbuatan baik yang didorong oleh keinginan yang baik, yakni niat ikhlas beribadah semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Inilah yang sering disebut dengan nafsul muthmainnah, yakni nafsu yang baik. Sedangkan “tangan kiri” adalah simbol negatif berupa kejelekan yang didorong oleh keinginan yang jelek, seperti riya’, pamrih dan sombong. Inilah yang sering disebut dengan nafsul ammarah bis suu’, yakni nafsu yang apakah sedekah yang dilakukan secara rahasia dan tidak diketahui orang lain dijamin pasti lebih baik dari pada yang dilakukan secara terbuka? Jawabanya, belum tentu sebab baik buruk suatu amal tergantung pada keikhlasan, sedangkan keikhlasan itu terletak di dalam hati. Bisa saja seseorang bersedekah dengan menggunakan anonim, seperti “Hamba Allah”, tetapi dalam hati sebenarnya ia sangat membanggakannya. Ini bisa berarti riya’, yang berarti pula tidak ikhlas. Demikian sebaliknya, bisa saja seseorang bersedekah secara terbuka dengan mencantumkan nama yang jelas dan diketahui orang banyak, tetapi dalam hatinya tidak ada rasa pamer sedikitpun dan jauh dari keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Bukankah yang disebut terakhir itu lebih baik dari pada yang disebut pertama? Kelima, Al-Qur’an membolehkan sedekah dilakukan secara terbuka atau terang-terangan sebagaimana diperbolehkannya sedekah secara rahasia atau tertutup. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al Baqarah, ayat 274الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang – terangan maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."Berdasar pada ayat di atas, maka sebenarnya tidak ada perbedaan berarti antara sedekah yang dilakukan secara sirri atau rahasia dengan sedekah yang dilakukan secara terbuka atau terang-terangan. Al-Qur’an mengakui keabsahan dan kebaikan keduanya meski beberapa ulama berpendapat bahwa sedekah untuk pribadi lebih baik tidak diketahui orang lain untuk menjaga privasi pihak penerima. Jika demikian halnya, maka sejatinya yang terpenting dalam bersedekah adalah keikhlasan atau niat tulus dan bersih dari keinginan-keinginan duniawi, seperti mendapatkan balasan yang lebih banyak; mendapatkan pujian dari orang lain; mendapatkan popularitas di tengah-tengah masyarakat; atau pencitraan dengan maksud-maksud tertentu. Keikhlasan seperti itu hanya bisa dicapai ketika seseorang dalam bersedekah menyembunyikan tangan kanannya agar tidak diketahui oleh tangan kirinya. Maksudnya, jangan sampai sedekah yang kita lakukan dengan niat samata-mata beribadah kepada Allah, dirusak oleh nafsu jelek yang ada dalam diri kita sendiri. Untuk itu, ada baiknya kita adakan upaya melupakan setiap sedekah yang telah kita lakukan agar keikhlasan benar-benar terjaga. Artinya, tidak perlu kita mengingat-ingat kembali sedekah yang telah kita keluarkan seberapapun banyaknya sebab hal itu sama saja dengan membuka peluang bagi tangan kiri atau nafsu jelek untuk merusak keikhlasannya. Jika kita telah mampu melupakannya, dalam arti benar-benar dapat mengendalikan tangan kiri, maka goda-godaan apapun, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar, tidak akan akan mampu mempengaruhi keikhlasan kita. Jika hal itu bisa kita capai, maka itulah yang dimaksud merahasiakan sedekah demi mencapai keikhlasan yang optimal. Bukan merahasiakan terhadap orang lain, tetapi terhadap nafsunya sendiri yang disimbolkan dengan tangan kiri. Ketika kita ikhlas, maka tidak ada persoalan apakah sedekah itu kita lakukan secara terbuka dengan diketahui orang lain atau kita lakukan secara rahasia tanpa diketahui orang lain. Singkatnya, dalam bersedekah tantangan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain, yakni bagaimana kita bisa bersedekah secara ikhlas dalam arti yang sebenarnya. Dengan argumentasi-argumentasi sebagaimana saya uraikan di atas, maka saya berkesimpulan yang dimaksud tangan kiri dalam hadits di atas adalah nafsu kita sendiri yang disebut nafsul amamrah bis suu’. Dengan demikian, jika tangan kiri dipahami sebagai orang lain dan sedekah dianggap lebih baik apabila dirahasiakan dari orang lain, maka pemahaman itu kurang tepat. Apalagi sekarang manajemen modern menuntut adanya transparansi dan akuntabiltas, terutama dalam laporan-laporan keuangan. Bahkan, Komisi Pemilihan Umum KPU telah menetapkan Peraturan KPU Nomor 17 Tahun 2013 tentang pedoman pelaporan dana kampanye. Dalam peraturan itu, seorang penyumbang dana untuk partai politik tidak diperkenankan menggunakan anonim, seperti “Hamba Allah”. Alasannya, untuk mencegah dana yang diterima partai politik termasuk dalam unsur pidana, seperti uang dari perbuatan korupsi dengan tujuan money laundry, dan adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta
TingkatanRiya'. Para ulama berpayah-payah agar terhindar diri riya', dengan menyembunyikan amalan yang mereka lakukan, karena mereka tahu betapa halusnya penyakit riya' hingga terkadang pelakunya tidak merasakan. Imam Al-Ghazali menyebutkan, disamping ada jenis riya' al-jali (riya' yang jelas), ada juga riya' al-khafi (riya
Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Sedekah Apa Tangan Kanan Beri, Hendaklah Tidak Diketahui Tangan Kiri. Perihal memberi dan menerima, memang terkadang menjadi dilema, karena begitu banyak orang yang ikhlas memberi tanpa harus melakukan pencitraan dan dengan sikap kerendahan hati, namun banyak sekali sekarang kita lihat pencitraan dalam memberi bantuan kepada orang yang sangat

Berikutadalah alasan mengapa makan dan minum mengenakan tangan kiri tidak diperbolehkan dalam islam. "jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya" (HR. Muslim no. 2020).

QZGNL.
  • tqzeed2irx.pages.dev/764
  • tqzeed2irx.pages.dev/289
  • tqzeed2irx.pages.dev/134
  • tqzeed2irx.pages.dev/346
  • tqzeed2irx.pages.dev/444
  • tqzeed2irx.pages.dev/495
  • tqzeed2irx.pages.dev/399
  • tqzeed2irx.pages.dev/61
  • tqzeed2irx.pages.dev/384
  • tqzeed2irx.pages.dev/628
  • tqzeed2irx.pages.dev/271
  • tqzeed2irx.pages.dev/160
  • tqzeed2irx.pages.dev/472
  • tqzeed2irx.pages.dev/328
  • tqzeed2irx.pages.dev/351
  • sedekah tangan kiri tidak boleh tahu